Langsung ke konten utama

Prasangka, Diskriminasi Dan Etnosentrisme


Prasangka, Diskriminasi Dan Etnosentrisme

A.        Prasangka

link image : https://ichef.bbci.co.uk/childrens-responsive-ichef-live/r/640/1x/cbbc/helpmeout_prejudice1.jpg

1.    Pengertian Prasangka


Prasangka berasal dari kata pra yaitu “sebelum” dan sangka yaitu “dugaan”, pendapat yang didasarkan atas perasaan hati syak, kesangsian, keraguan.

Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.

John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori, yaitu :
1.    Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
2.    Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
3.    Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.

2.    Ciri-Ciri Prasangka Sosial


Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social categorization). Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagii dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu“kelompok kita” ( in group ) dan “kelompok mereka” (out group). In group adalah kelompok sosial di mana individu merasa dirinya dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”). Sedangkan out group adalah grup di luar grup sendiri (“kelompok mereka”). Timbulnya prasangka sosial dapat dilihat dari perasaanin group dan out group yang menguat.
               
Ciri-ciri dari prasangka sosial berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group adalah:
·      Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain
Menurut Ancok dan Suroso (1995), jika ada salah seorang individu dari kelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar. Sedangkan jika ada salah seorang individu yang berbuat negatif dari kelompok sendiri, maka perbuatan negatif tersebut tidak akan digeneralisasikan pada anggota kelompok sendiri lainnya.
·      Kompetisi sosial
Suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dan menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.
·     Penilaian ekstrem terhadap anggota kelompok lain
Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian negatif.
·      Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu
Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan stereotipe. Stereotipe adalah keyakinan (belief) yang menghubungkan sekelompok individu dengan ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok luar. Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai kelompok, suatu image yang pada umumnya sangat sederhana, kaku, dan klise serta tidak akurat yang biasanya timbul karena proses generalisasi. Sehingga apabila ada seorang individu memiliki stereotype yang relevan dengan individu yang mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan secara negatif.
·      Perasaan frustasi (scope goating)
Menurut Brigham (1991), perasaan frustasi (scope goating) adalah rasa frustasi seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas ketidakmampuannya menghadapi kegagalan. Kekecewaan akibat persaingan antar masing-masing individu dan kelompok menjadikan seseorang mencari pengganti untuk mengekspresikan frustasinya kepada objek lain. Objek lain tersebut biasanya memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan dirinya sehingga membuat individu mudah berprasangka
·      Agresi antar kelompok
Agresi biasanya timbul akibat cara berpikir yang rasialis, sehingga menyebabkan seseorang cenderung berperilaku agresif.
·      Dogmatisme
Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan masalah tertentu, salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme dapat berupa etnosentrisme dan favoritisme. Etnosentrisme adalah paham atau kepercayaan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat segala-galanya. Sedangkan, favoritisme adalah pandangan atau kepercayaan individu yang menempatkan kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling bermoral.

3.       Cara Mengurangi Prasangka Sosial

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya prasangka, yaitu:
  1. Melalukan kontak langsung
  2. Mengajarkan pada anak untuk tidak membenci
  3. Mengoptimalkan peran orang tua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh anak dan media massa untuk membentuk sikap menyukai atau idak menyukai melalui contoh perilaku yang ditunjukkan (reinforcement positive).
  4. Menyadarkan individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu belajar mengenal dan memahami individu lain berdasarkan karakteristiknya yang unik, tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tertentu. Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000), upaya tersebut akan lebih efektif jika dibarengi dengan kebijakan pemerintah melalui penerapan hukum yang menjunjung tinggi adanya persamaan hak dan pemberian sanksi pada tindakan diskriminasi baik berdasarkan ras, suku, agama, jenis kelamin, usia, dan faktor-faktor lainnya.


Alasan-alasan yang mendasari hukum dapat mengurangi prasangka adalah:

  1. Hukum membuat diskriminasi menjadi perbuatan ilegal, sehingga akan mengurangi tindakan yang memojokkan pada kehidupan anggota-anggota minoritas.
  2. Hukum membantu untuk menetapkan atau memantapkan norma-norma dalam masyarakat, yaitu hukum berperan dalam mendefinisikan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima atau tidak dapat diterima dalam masyarakat.
  3. Hukum mendorong konformitas terhadap perilaku yang non diskriminatif, yang mungkin pada akhirnya akan menghasilkan internalisasi sikap tidak berprasangka melalui proses persepsi diri atau pengurangan disonansi

4.         Dampak Prasangka Sosial

Prasangka sosial dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang dalam berbagai situasi. Prasangka sosial dapat menjadikan seseorang atau kelompok tertentu tidak mau bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok lain. Apabila kondisi tersebut terdapat dalam organisasi akan mengganggu kerjasama yang baik sehingga upaya pencapaian tujuan organisasi kurang dapat terealisir dengan baik.

B.        Diskriminasi

link image : https://cdn.aarp.net/content/dam/aarp/
work/on-the-job/2017/02/11
40-facts-to-know-about-age-discrimination.imgcac
he.rev7af9917139608663c8137169f02e0720.jpg

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain.

Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.

 1.       Jenis dan Tipe Diskriminasi

Seorang ahli sosiologi bernama Pettigrew (dalam Liliweri 2005) menyebutkan ada dua tipe diskriminasi yang dapat terjadi di masyarakat. Adapun jenis dan tipe diskriminasi adalah sebagai berikut:
a.       Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
b.      Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

2.       Penyebab Diskriminasi

Diskriminasi terjadi karena adanya kecenderungan di dalam diri manusia untuk membeda-bedakan atau mengelompokkan diri. Menurut Yahya (2006), setidaknya ada 6 penyebab diskriminasi, diantaranya:
1.         Mekanisme Pertahanan Psikologi
Di dalam diri manusia terdapat suatu mekanisme pertahanan psikologi (projection) dimana seseorang memindahkan suatu karakteristik yang tidak disukai dalam dirinya kepada orang lain.
2.       Perasaan Kecewa
Diskriminasi juga bisa terjadi karena adanya kekecewaan di dalam dirinya. Kekecewaan tersebut kemudian dilampiaskan kepada pihak yang dianggap sebagai ‘kambing hitam’ rasa kecewanya.
3.       Adanya Sejarah
Diskriminasi terhadap negara atau ras tertentu dapat terjadi karena adanya sejarah masa lalu yang tidak menyenangkan terkait dengan negara atau ras tersebut.
4.       Perasaan Tidak Selamat dan Rendah Diri
Ada banyak orang yang merasa terancam (insecure) dan rendah diri lalu kemudian berusaha untuk menenangkan dirinya dengan cara merendahkan orang lain. Hal tersebut kemudian menimbulkan perlakukan diskriminasi.
5.       Persaingan dan Eksploitasi
Masyarakat modern pada umumnya lebih materialistik dan selalu bersaing satu sama lainnya. Persaingan tersebut kemudian dapat menimbulkan diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu agar dapat melakukan eksploitasi, mendapatkan kekayaan, kemewahan, dan kekuasaan.
6.       Corak Sosialisasi
Sikap diskriminasi ternyata dapat dipelajari dan diwariskan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya malalui proses sosialisasi. Hal tersebut kemudian membentuk pandangan stereotip di dalam masyarakat terkait perilaku, cara kehidupan, dan lain-lain.

C.        Perbedaan Prasangka Dan Diskriminasi

Prasangka itu sikap yang negatif terhadaf sesuatu. Walaupun prasangka dapat juga dalam pengertian positif. Tidak sedikit orang-orang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih sukar untuk berprasangka. Faktor lingkungan pun dapat menimbulkan prasangka.

Prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tidak dapat dipisahkan.
Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berperilaku tidak diskriminatif.

Sikap berprasanka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di dengar. Labih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu muncul dari jalan pikiran sepintas. Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suatu suku bangsa, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan sosial yang lebih luas.

1.       Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :

·      Berlatar belakang sejarah
·      Dilatarbelakangi olehperkembangan sosio-kultural dan situasional
·      Bersumber dari faktor kepribadian
·      Berlatar belakangdari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama

2.       Daya upaya untuk mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi

1.       Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Pemerataan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia masih tergolong dibawah garis kemiskinan dan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial antar si kaya dan si miskin. Melalui program-program pembangunan yang mantap yang didukung oleh lembaga-lembaga ekonomi pedesaan seperti BUUD dan KUD. Juga melalui program KCK (kredit candak kulak), KMKP (kredit modal kerja permanen), dan dalam sektor pertanian dengan intensifikasi khusus (Insus), proyek perkebunan inti rakyat (PIR), juga proyek tebu rakyat diperkirakan golongan ekonomi lemah lambat laun akan dapat menikmati usaha-usaha pemerintah dalam perbaikan sektor perekonomian. Dengan begitu prasangka-prasangka ketidakadilan dalam sektor perekonomian antara kelompok kuat dan kelompok ekonomi lemah sedikit banyak dapat dikurangi dan akhirnya akan sirna.
2.       Perluasan kesempatan belajar
Dengan memberi kesempatan luas untuk mencapai tingkat pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi bagi seluruh warga negara indonesia tanpa kecuali, prasangka dan perasaan tidak adil pada sektor pendidikan cepat atau lambat akan hilang lenyap.
3.       Sikap terbuka dan lapang dada
Sesungguhnya idealisme paham kebangsaan yang mencanangkan persatuan dan kemerdekaan, telah menumbuhkan sikap kesepakatan, solidaritas yang tinggi. Dengan berbagai sikap unggul itu, diharapkan akan berkelanjutan dengan sikap saling percaya, saling menghargai, menghormati dan menjauhi dari dari sikap berprasangka. Dilandasi dengan sikap-aikap tersebut  akn mucul sikap terbuka, sikap lapang, untuk menerma kritik, suatu makna dari perbedaan pendapat yang wajar dalam kemajemukan masyarakat indonesia. Upaya menjalin komunikasi dua arah, karena masing-masing berniat membuka diri untuk berdialog antar golongan, antar kelompok sosial yang diduga berprasangka dengan tujuan membina kesatuan dan persatuan bangsa adalah suatu cara yang sungguh bijaksana.

D.      Etnosentrisme

link image : https://i.ytimg.com/vi/wlyS4zrklww/maxresdefault.jpg

Etnosentrisme adalah penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya sendiri. Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap kelompok atau kebudayaannya sendiri, khususnya bila berkaitan dengan bahasa, perilaku, kebiasaan, dan agama. Perbedaan dan pembagian etnis ini mendefinisikan kekhasan identitas budaya setiap suku bangsa. Etnosentrisme mungkin tampak atau tidak tampak, dan meski dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari psikologi manusia, etnosentrisme memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat.

Meski begitu ada beberapa sisi positif dari perilaku Etnosentrisme, diantaranya adalah dapat menjaga kestabilan dan keutuhan suatu budaya, dapat mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan kepada bangsa, serta dapat memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan atau bangsanya.

 1.       Faktor Penyebab Etnosentrisme

·         Budaya Politik
Budaya politik yang ada pada masyarakat cenderung tradisional dan tidak rasional. Budaya politk semacam ini sangat subjektif dan penuh ikatan emosional dan ikatan primordial yang cenderung menguasai masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam politik sering mementingkan kepentingan mereka sendiri mulai dari suku, etnis, agama dan lain sebagainya.

·         Pluralitas Bangsa Indoensia
Banyaknya suku, agama, ras dan golongan di Indonesia menyebabkan berbagai persoalan sosialdan konflik bisa muncul dengan mudah. Setiap suku, agama, ras dan golongan berusaha mendapatkan kekuasaan dan menguasai yang lain.

2.       Dampak Etnosentrisme

Etnosentrisme memiliki dampak positif dan negatif, berikut penjelasannya,
Dampak Positif Etnosentrisme :
-      Dapat mempertinggi semangat patriotism
-      Dapat menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan
-      Dapat memepertinggi rasa cinta terhadap bangsa sendiri.
Dampak Negatif Etnosentrisme :
-      Dapat menimbulkan konflik sosial antar suku
-      Terdapat aliran politik
-      Menghambat proses asimilasi dan integrasi
-      Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuaan
-      Menghambat pertukaran budaya

3.       Faktor yang Mempengaruhi Etnosentrisme

o  Prasangka Sosial, sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompok sendiri.
o   Stereotip, suatu keyakinan seseorang terhadap orang lain (karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman).
o   Jarak Sosial, aspek lain dari prasangka sosial yang menunjukkan tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan yang terjadi diantara mereka.


Sumber Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Prasangka
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2011/12/prasangka.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi
http://pemuda-dan-sosialisasi.blogspot.com/p/bab-9-prasangka-diskriminasi-dan.html
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-diskriminasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Etnosentrisme
https://www.zonareferensi.com/pengertian-etnosentrisme/

Komentar