Anggota
Kelompok 2:
Aliya
Fatima Baisa (10118574)
Aurora
Fatmawati (11118238)
Harli
Fauzi Ramli (13118071)
Nouval
Athary (15118353)
Siti
Ranisa Dayuansari (16118781)
Kelas:
3KA01
Peluang dan Tantangan Bidang
Sumber Daya Manusia dalam Industri 4.0
A.
Pendahuluan
Revolusi industri pertama berlangsung pada tahun
1700-1800-an , teknologi mesin uap dan tenaga air yang berlangsung di Eropa
membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat berubah. Menurut Klingerberg
(2017), revolusi industri pertama terjadi sekitar tahun 1784-1870 dengan
fenomena yang ditandai perubahan penggunaan hewan (ternak) sebagai penggerak,
berubah menjadi mesin-mesin yang digerakkan oleh uap air dan batubara.
1870-1969 dimulainya
revolusi industri kedua. Pada
era ini perkembangan manufaktur yang digerakkan oleh mesin-mesin bertenaga
listrik untuk produksi barang secara massal semakin berkembang ke berbagai
belahan dunia, termasuk industri perkeretaapian, logam dan kimia. Frieden dalam
Kligenberg (2017) menyatakan pada fase revolusi industri kedua ini, semakin
banyak perusahaan berdiri yang penting dalam tatanan perekonomian dunia,
terutama pasca perang dunia II dimana permintaan kebutuhan produk industri
semakin meningkat pesat. Pada masa ini dalam bidang sumber daya manusia
terjadinya perpindahan orang antar negara (migrasi) karena kebutuhan pekerjaan
dan juga karena terjadinya perang.
Menurut Kligenberg (2017), pada tahun 1969,
dimulailah era industri baru yang disebut dengan era revolusi industri ketiga
dan masih berkembang sampai saat ini. Era ini ditandai dengan dengan
penggunakan eletronik dan internet sebagai bagian dari otomatisasi pabrik.Era
ini ditandai dengan berkembangnya kegiatan Penelitian dan Pengembangan (Research and Development- R&D)
terutama untuk komputer, chips, dan
internet. Sehingga pada era ini semua
industri manual mulai meranah ke otomasi. Penggambaran perkembangan revolusi industri pertama
sampai revolusi industri keempat itu digambarkan dalam gambar di bawah ini :
Gambar 1 : Sejarah
Revolusi Industri
(Sumber: https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tetap mendorong manusia untuk mendapatkan hal-hal
yang lebih baik dalam kehidupannya. Perkembangan industri pertama sampai ketiga
tetap berjalan seiring dengan keinginan manusia untuk mempermudah kehidupannya
dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks juga. Hal inilah yang
mendorong timbulnya istilah revolusi industri keempat atau sering disebut juga
dengan Industri 4.0 atau 4.0.
B.
Industri 4.0
Industri 4.0 lahir di
Jerman saat
hannover fair 2011. Industri ini bertujuan untuk mempertahankan Jerman terdepan di dunia manufaktur.
Berbagai istilah muncul
di berbagai negara, seperti fourth industrial revolution, connected
enterprise, smart factories. Walaupun memiliki banyak istilah tapi
tujuannya sama yaitu meningkatkan daya saing industri dalam menghadapi
perubahan global yang sangat dinamis. Tetapi di Indonesia dikenal dengan
istilah Making Indonesia 4.0
Industri 4.0
menggambarkan peningkatan digitalisasi dan otomatisasi di lingkungan
manufaktur, serta menciptakan rantai digital yang memungkinkan komunikasi
antara produk lingkungan mereka dan mitra bisnis
Paradigma revolusi
4.0 ditandai dengan munculnya perpaduan antara fisik, digital, dan biologi. Teknologi yang lahir dan berkembang pada revolusi industri
4.0 adalah kecerdasan buatan,
robotika internet of things, kendaraan otonom, pencetakan 3d,
nanoteknologi, bioteknologi ilmu material, penyimpanan energi, dan komputasi
kuantum.
Industri 4.0 ini
mencakup perubahan sosial, terkait pekerjaan khususnya bidang industri dan
teknologi. Revolusi industri 4.0 memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas
yang lebih luas dan telah mempengaruhi semua ilmu, ekonomi industri dan
pemerintah.
9 pilar industri
4.0
(gelbert dkk, 2015)
:
1.
Big data dan
analitis
2.
Autonomous
robots
3.
Simulation
4.
Horizontal and
vertical system integration
5.
Internet of
things
6.
Cybersecurity
7.
Cloud
8.
Additive
manufacturing
9.
Augmented
reality
Pada revolusi
industri 4.0 semua komponen akan diubah menjadi lebih cerdas, sehingga
memungkinkan mengelola proses produksi secara realtime tanpa jarak dan
kemampuan untuk mengkustomisasi produk. Ini memungkinkan menghadirkan produk
sesuai dengan keperluan pelanggan dengan biaya lebih rendah, kualitas tinggi,
dan tingkat efisiensi yang tinggi.
Industri 4.0 membuat
semua produk, proses dan prosedur menjadi lebih cerdas membuat konektivitas
terjadi dimana-mana. Inti dari visi industri 4.0 adalah Iot dan layanan
internet yang berarti konektivitas terjadi pada manusia, benda, dan mesin
terjadi dimana-mana.
Revolusi industri 4.0
didasari oleh data. Data tersebut dikumpulkan, dianalisis, dan digunakan untuk mengambil keputusan.
Revolusi industri 4.0 ini menciptakan integrasi horizontal, integrasi vertikal
dan
meningkatkan akselerasi melalui exponen technologies.
Pendekatan ini menimbulkan bisnis proses yang baru. Integrasi akan mempunyai
standarisasi, infrastruktur yang komprehensif, keamanan dan privasi, organisasi
kerja dan desain (karyawan
lebih terlibat dan maju lebih baik) dan penggunaan sumber daya yang lebih
efektif
3 perbedaan revolusi
4.0 dengan revolusi sebelumnya (tjandrawinata,
2016):
1. Inovasi dikembangkan dan menyebar lebih cepat dari
sebelumnya
2. Penurunan biaya produksi
3. Berpengaruh besar hampir seluruh dunia
C.
Dampak Umum Industri 4.0
Industri 4.0 membawa dampak berantai
terhadap bidang lain seperti bidang ekonomi, sosial dan politik. Perubahan yang
terjadi dalam satu bidang kehidupan manusia biasanya akan diikuti dengan
perubahan pada bidang lainnya. Hal ini didorong oleh kemajuan teknologi
informasi dan telekomunikasi dalam dunia global.
Industri 4.0 diwakili oleh
pertumbuhan tinggi dalam platform. Teknologi menciptakan cara-cara baru dalam
mengonsumsi barang melalui kombinasi permintaan dan penawaran. Hal ini
menurunkan hambatan bagi orang dan bisnis untuk berinvestasi dan menciptakan
kekayaan. Industri 4.0 membuat dunia lebih digital, lebih terhubung, lebih
fleksibel, dan lebih responsif.
Disebutkan oleh Rojko (2017), Dampak
dari implementasi fitur-fitur industri 4.0 bisa berakibat terhadap:
1)
penurunan biaya produksi
(10-30%),
2)
penurunan biaya logistik
(10-30%) dan
3)
penurunan biaya manajemen
kualitas (10-20%).
Keuntungan dari implementasi industri 4.0 adalah :
1)
mempersingkat masa
pemasaranan produk baru,
2)
meningkatkan respon dari
pelanggan,
3)
peluang untuk
mengustomisasi produk tanpa adanya peningkatan biaya produksi,
4)
lingkungan kerja yang
lebih nyaman dan fleksible dan
5)
lebih efisien dalam
penggunaan energi dan sumber daya.
Kementrian Perindustrian menetapkan
empat langkah strategis dalam menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah tersebut
adalah :
1)
Mendorong agar angkatan
kerja di Indonesia terus meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama
dalam menggunakan teknologi internet of things (IoT) atau
mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
2)
Pemanfaatan teknologi
digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan
menengah (IKM) agar mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart
IKM.
3)
Pemanfaatan teknologi
digital yang lebih optimal dalam perindustrian nasional seperti Big Data,
Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.
4)
Mendorong inovasi
teknologi melalui pengembangan start up dengan memfasilitasi inkubasi
bisnis agar lebih banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah Indonesia.
Kligenberg (2017) mengatakan salah
satu dampak dari implementasi teknologi 4.0 adalah terjadinya penurunan
kebutuhan tenaga kerja manusia, semakin panjangnya masa kerja orang-orang yang
terampil, dan meningkatkan permintaan kebutuhan yang lebih spesifik dari
pelanggan. Ia juga mengatakan bahwa peningkatan otomatisasi proses produksi dan
pemindahan pekerja oleh mesin kemungkinan akan menghilangkan jenis pekerjaan
rutin, mengurangi permintaan tenaga kerja murah di manufaktur kelas bawah,
meningkatkan ketidaksetaraan, dan menyebabkan migrasi di negara-negara
berkembang.
Pertumbuhan dalam Industri 4.0 juga
menyoroti salah satu tantangan umum yang ditimbulkan oleh pertumbuhan pesat
dalam teknologi informasi dan komunikasi: privasi. Dengan demikian, salah satu
tantangan paling penting bagi pemerintah, pembuat kebijakan, dan masyarakat
untuk mengatasi serangkaian gangguan teknologi yang terkait dengan era industri
baru ini.
D.
Kompetensi SDM Dalam
Menghadapi Industri 4.0
Perubahan dalam proses industri di
era industri 4.0 akan memberikan pengaruh besar bagi kehidupan manusia,
termasuk sisi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Perubahan proses industri
yang menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi yang serba modern
(digital), terkoneksi dengan cepat tanpa mengenal jarak, real time yang
bisa mendukung pembuatan keputusan lebih tepat dan cepat, menggunakan analisis big
data dalam berbagai proses produksi, akan membuat proses produksi berjalan
efisien.
Kemajuan yang dialami berbagai negara
yang telah menerapkan fitur- fitur industri akan memicu efek berkelanjutan ke
negara lain. Hal ini terjadi karena tidak adanya batasan dalam globalisasi
informasi dan teknologi telekomunikasi tanpa batas (borderless), dimana
batas-batas yang ada antar negara menjadi semakin terbuka sehingga memudahkan
kolaborasi antar negara. Setiap negara akan berlomba-lomba memenangkan
persaingan dengan meningkatan daya saing dan meraih keuntungan-keuntungan dari
adanya kemajuan teknologi industri ini. Posisi daya saing antar negara akan
kompetensi SDM yang dimiliknya akan menjadi salah satu topik penting yang
memegang peranan dalam industri 4.0.
Haryono
(2018) mengatakan dalam menghadapi revolusi industri 4.0, sedikitnya ada tiga
hal yang berkaitan dengan SDM yang perlu diperhatikan semua pihak yaitu:
1)
Pertama adalah kualitas,
yaitu upaya menghasilkan SDM yang berkualitas agar sesuai dengan kebutuhan
pasar kerja yang berbasis teknologi digital.
2)
Kedua, adalah masalah
kuantitas, yaitu menghasilkan jumlah SDM yang berkualitas, kompeten dan sesuai
kebutuhan industri.
3)
Ketiga, adalah masalah
distribusi SDM berkualitas yang masih belum merata.
Dalam menghadapi industri 4.0,
pemerintah Indonesia telah menyusun strategi pengembangan SDM untuk memiliki
daya saing yang baik dalam mengimplementasikan era ini. Hal ini sebagai langkah
strategis pembangunan Indonesia yang dituangkan ke dalam dokumen strategis
Indonesia menghadapi Industri 4.0 “Making Indonesia 4.0”. Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto berpendapat dengan adanya revolusi industri 4.0 ini akan
memberikan kesempatan untuk Indonesia berinovasi. Selain itu, industri dinilai
bakal kembali menjadi mainstream atau arus utama di dalam pembangunan nasional.
Dengan perkembangan industri 4.0
tersebut, peranan SDM yang handal sangat diperlukan dan kualifikasi kompetensi
SDM yang terlibat di dalam proses industri itu harus dapat mengimbangi atau
mengikuti proses yang ada. Kompetensi SDM merupakan karakteristik dasar
perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan atau
kinerja unggul di dalam pekerjaan atau situasi atau kompetensi adalah
pengetahuan, keahlian, kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang
mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan. Kualifikasi kompetensi SDM yang
diperlukan ini sangat terkait dengan seberapa jauh sebuah perusahaan atau
organisasi mengimplementasikan fitur-fitur industri 4.0 tersebut dalam
operasionalnya. Maresova dkk. (2018) juga menyatakan kompetensi utama yang
relevan di masa depan adalah
kompetensi yang berkaitan dengan IT, perangkat lunak (software), program aplikasi, dan sistem otomatis. Kompetensi ini
akan melibatkan tidak hanya pengetahuan dasar dan kemampuan untuk menggunakan perangkat digital,
aplikasi, Web 2.0, dan alat elektronik apa pun, tetapi juga keterampilan yang
berorientasi pengguna akan diperlukan.
Menurut Haryono
(2018) untuk menjawab tantangan era revolusi industri 4.0 tidak cukup hanya
dengan literasi manusia lama, yang hanya mendasarkan pada kemampuan membaca,
menulis dan menghitung. Dalam industri 4.0, modal dasar SDM yang harus dimiliki
adalah : keterampilan yaitu kepemimpinan (leadership) dan bekerja dalam
team (teamwork), kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility),
dengan latar belakang budaya yang berbeda tetap bisa bekerjasama, dan
entreprenurship (termasuk sociopreneurship). Selanjutnya, menurut Aoun
dalam Haryono (2018) untuk mendapatkan SDM yang kompetitif dalam industri 4.0,
kurikulum pendidikan harus dirancang agar out put-nya mampu menguasi literasi
baru, yaitu :
1)
Literasi data, yaitu kemampuan membaca, menganalisis
dan memanfaatkan informasi big data dalam dunia digital,
2)
Literasi teknologi, yaitu memahami cara kerja mesin,
aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence dan engineering principles) dan
3)
Literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain.
Dalam perspektif literasi manusia, tujuannya adalah agar manusia dapat
berfungsi dengan baik di lingkungan manusia yang semakin dinamis.
Sementara itu
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan menyatakan, bahwa dimasa industri
4.0 akan ada 3 elemen kompetensi (ability, basic
skills, dan cross functional skill) yang sangat berperan bagi SDM
untuk dapat bersaing atau menjadi spesifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan
di era industri 4.0 seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 2 : Keterampilan yang dibutuhkan dalam Industri 4.0
(Modifikasi)
(Sumber : https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_552349.pdf)
E.
Contoh
Menurut
Sedarmayanti (2016), salah satu tantangan manajemen sumder daya manusia secara
eksternal atau luar perusahaan adalah pengaruh perkembangan teknologi. Sebagai
contoh, Grand Hotel Jambi tengah melakukan perbaikan di bidang teknologi
dikarenakan Grand Hotel Jambi saat ini belum memiliki website remi,
namun sudah bekerjasama dengan pihak perusahaan yang menyediakan jasa pemesanan
hotel secara online sehingga Grand Hotel Jambi dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan mampu menyaingi industri perhotelan di tingkat nasional
maupun international serta dapat beradaptasi pada perubahan zaman.
Menurut
Yahya (2018), pada era revolusi industri 4.0, karyawan harus memiliki 3 keterampilan
yaitu literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Menurut
Rosyadi (2018) pada era revolusi saat ini, literasi manusia harus dikuasai
karena menunjukkan elemen softskill untuk dapat berkolaborasi, adaptif,
dan menjadi arif di era banjir informasi.
Pada era digitalisasi ini, Grand
Hotel Jambi terus melakukan perubahan baik dari kebijakan maupun program
strategi dalam pengembangan sumber daya manusia. Grand Hotel Jambi secara rutin
menerapkan 3 aspek yang dinilai terhadap karyawan yaitu kedisiplinan karyawan,
sikap dalam pekerjaan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan. Selain itu,
Grand Hotel Jambi juga mengadakan salah satu program yang dapat mendorong
produktivitas karyawan seperti mengadakan pelatihan untuk mengembangkan
keterampilan, pengetahun dan sikap bagi karyawan. Untuk mengadakan pelatihan perusahaan harus
menganalisa 3 proses, yaitu analisa perusahaan, analisa kualifikasi karyawan
dan analisa kinerja karyawan
Tantangan
yang dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia pada Grand Hotel di era
revolusi industri 4.0 antara lain sulitnya mendapatkan karyawan yang berlatar
belakang pendidikan dengan jurusan perhotelan, masih rendahnya tingkat literasi
teknologi pada karyawan dan kempampuan berbahasa asing karyawan sangat rendah.
Kemudian pada era revolusi industri 4.0 ini, memberikan peluang yang sangat
besar bagi Grand Hotel Jambi untuk meningkatkan
produktivitas karena dengan
kemajuan teknologi perusahaan dengan mudah memberikan informasi dan promosi
kepada pelanggan secara online sehingga pelanggan
mendapat informasi dan memesan kamar hotel semakin mudah dan cepat.
F. Penutup
Industri 4.0 ini membawa perubahan di
berbagai sektor industri dan menjadi salah satu hasil perkembangan ilmu
pengetahuan dan pengembangan teknologi yang dikembangkan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya.
Industri 4.0 akan mempengaruhi proses
produksi diberbagai manufaktur, tetapi secara langsung akan berdampak ke dalam
proses bisnis secara keseluruhan dan merangsang terbentuknya model-model bisnis
baru yang lebih produktif dan efisien dan hal ini berkaitan dengan proses
produksi industri tersebut seperti persiapan bahan baku , pelayanan konsumen
serta kepedulian terhadap lingkungan dan stakeholder. Kehidupan bisnis di
berbagai negara akan bergerak cepat dengan sistem baru yang didorong oleh
perubahan teknologi produksi di berbagai manufaktur.
Bagaimanapun, keberadaan Sumber Daya
Manusia (SDM) tetap akan menjadi sangat penting dalam era ini. Keterampilan
(Skill) dan pengetahuan (Knowledge) dasar SDM tentang proses produksi dalam
berbagai fitur-fitur transformasi di dalam industri 4.0 (seperti otomasi, Internet
of Thing- IoT, artificial intelligence – AI, big data, robotic,
printer 3D, AR, dll) menjadi hal yang sangat wajib untuk dikuasai.
Komentar
Posting Komentar